Kamis, 14 Agustus 2014

Pura Tanah Lot, Pesona alamnya yang indah dan sempurna di Bali




Salah satu pura yang sangat terkenal di nusantara bahkan di dunia adalah Pura Tanah Lot. Pura ini terletak di pantai selatan Pulau Bali yaitu di Desa Braban, Kecamatan Kediri, Tabanan. Pura ini menampilkan pesona alam yang sangat indah dan sempurna.  Selain karena keindahan alamnya, pura yang merupakan Dang Kahyangan ini juga diyakini sebagai sumber kemakmuran jagat. Pura yang juga dijadikan objek wisata ini ramai dikunjungi tamu mancanegara maupun nusantara.

Pura ini terletak di atas bongkahan batu apabila air pasang pura ini akan kelihatan dikelilingi air laut . Tiket untuk domestik: Rp 10.000/orang dan Rp 30.000/orang untuk luar negeri. Di tempat ini, dari tempat parkir sampai ke tempat objek wisata/ pura, banyak terdapat art shop yang menawarkan produk kerajinan lokal, banyak kedai miniman dan makanan, juga ada fasilitas kamar kecil / toilet, yang ongkos sewanya tidak seberapa.Dari sini kami harus berjalan kaki sekitar 300 meter ke Pura Tanah Lot. 


Di Pura Tanah Lot lagi terdapat beberapa kios sepanjang arah timur barat dan beberapa kursi kayu atau bambu di Pura Tanah Lot  di mana pengunjung dapat bersantai menunggu matahari terbenam. Pura Tanah Lot ini turun tebing curam terus menerus di bawah abrasi air laut yang kuat. 


Nama Tanah Lot mungkin dari "Tanah Laut" berarti tanah di laut. Ini adalah kenyataan bahwa abrasi laut yang kuat telah memisahkan areal pura dengan daratan Bali, sehingga terlihat bahwa sarang kuil di bukit kecil batuan menggembung di atas laut. Terlepas dari kenyataan bahwa satu pukulan kuat dari gelombang laut namun situs ini masih berdiri sementara sisi keseluruhan telah hilang oleh gelombang mengamuk dari ratusan tahun. Di Pura Tanah Lot terdapat  sumber air suci yang disebut Tirta Pabersihan dan Sumber air ini berada di bawah dan selatan Pura Tanah Lot.




Momen terbaik adalah pada sore hari ketika matahari terbenam (sunset) karena sunset  di Tanah Lot sangat beutiful. Banyak orang mengatakan bahwa melihat matahari terbenam di Tanah Lot indah seperti menonton bulan purnama di malam hari. Pandangan matahari terbenam di Tanah Lot menjadikannya sebagai tempat pariwisata yang sangat terkenal di Bali.





Sejarah Pura Tanah Lot

Asal mula berdirinya pura ini sangat erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha atau Danghyang Dwijendra berkeliling Pulau Bali pada sekitar tahun Icaka 1411 atau tahun 1489 M, tatkala beliau tiba di Bali dari Blambangan abad ke-15. Seperti yang dikisahkan dalam kitab Dwijendra Tattwa, setelah berada di Pura Rambut Siwi untuk beberapa lama, kemudian beliau yang dikenal dengan julukan Pedanda Sakti Wawu Rawuh ini meneruskan perjalanan menuju arah timur seusai melakukan sembahyang pagi, Surya Cewana.

Di dalam perjalanan itu beliau asyik mencatat keindahan alam yang dilihatnya, sehingga tidak dirasakannya pada sore hari tiba di pantai selatan Pulau Bali. Di pantai ini terdapat sebuah pulau kecil yang berdiri di atas tanah parangan (tanah keras). Di situlah Danghyang Nirartha berhenti dan beristirahat. Tidak lama setelah Danghyang Nirartha beristirahat maka berdatanganlah para nelayan dengan membawa berbagai persembahan untuk diaturkan kepada beliau. Oleh karena hari sudah sore, para nelayan mohon agar beliau berkenan menginap di pondok mereka.  Namun, permohonan itu ditolak karena beliau lebih senang bermalam di pulau kecil itu. Di samping karena udaranya yang segar, dari sana beliau dapat melepaskan pandangannya ke segala arah.

Pada malam harinya, beliau memberikan wejangan agama, kebajikan dan susila kepada masyarakat desa yang datang menghadap.  Kala itu beliau menasihati kepada masyarakat desa untuk membangun parahyangan di tempat itu, karena menurut getaran batin beliau serta adanya petunjuk gaib bahwa di tempat itu baik digunakan sebagai tempat untuk memuja Hyang Widhi.  Kemudian, setelah Danghyang Nirartha meninggalkan tempat itu dibangunlah sebuah bangunan suci yang kini dikenal dengan Pura Luhur Tanah Lot. Dari beberapa catatan dikisahkan pula, sebelum melanjutkan perjalanan beliau melakukan meditasi dan persembahyangan di tempat itu. Dikisahkan pada saat melakukan persembahyangan ikat pinggang beliau terlepas dan berubah menjadi ular yang hingga kini dikenal sebagai ular duwe atau holy snake.

Demikianlah ulasan perjalananku di Pura Tanah Lot, Bali dan matur suksma telah mampir ke blog saya. Semoga bisa bermanfaat bagi sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar