Senin, 11 Agustus 2014

Pura Uluwatu, Keindahan panoramanya yang spektakuler di Bali


Pura Uluwatu terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, sekitar 25 km ke arah selatan dar wilayah wisata Kuta, terletak di ujung Barat Daya Pulau Bali dan Pura Uluwatu dibangun di atas batukarang yang terjal dan tinggi sekitar 70 meter yang menjorok ke laut (samudra Indonesia). Pura Uluwatu juga salah satu pura terbesar di Bali dengan lokasinya yang sangat indah. Daya tarik utama dari pura ini adalah panoramanya yang spektakuler. Terletak di bagian barat laut, pura ini seperti bertengger di ujung tebing batu yang sangat tinggi dan curam, dengan pemandangan lautnya dibawah berwarna biru bersih dan hantaman ombak yang menghasilkan buih-buih putih yang sangat cantik.




Dengan tiket masuk seharga Rp 15.000,- rupiah, dan diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus, yaitu kain sarung untuk mereka yang mengenakan celana atau rok di atas lutut, serta selendang untuk wisatawan yang memakai celana atau rok di bawah lutut. Kenapa harus memakai selendang? karena memasuki tempat suci dan harus diikat di pinggang. Artinya menyimbolkan penghormatan terhadap kesucian pura, serta mencoba mengikat niat-niat buruk dalam jiwa.Kalau tidak terlalu percaya, ikuti saja aturan disini. Dimana bumi berpijak, disitu langit dijunjung bukan?

Di kawasan wisata Uluwatu disediakan fasilitas antara lain area parkir yang luas, panggung pertunjukan, kios-kios cendera mata, warung makan, toilet, sarana informasi wisata dan fasilitas pemandu wisata lokal. 

Untuk berjalan menuju area pura dan menikmati panorama disini ada dua jalur utara dan selatan dan di kedua jalur ini akan menaiki tangga yang cukup tinggi dan bilamana dari pura menghadap ke barat maka akan terlihat pemandangan laut yang sangat indah, terlebih saat-saat menjelang matahari terbenam (sunset). Selain dapat menyaksikan pemandangan laut yang indah, dapat pula menyaksikan pagelaran tari Kecak yang digelar setiap hari pada pukul 18.00.

Ketika menyusuri jalan setapak yang cukup panjang menuju Pura Uluwatu, dengan pagar beton di sisi tebing dapat mengedarkan pandangan untuk melihat bukit-bukit cadas dan hamparan laut yang jernih.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di tempat ini, begitu bebas berkeliaran monyet. Monyet iseng yaitu segerombolan monyet yang biasanya suka usil dengan mengambil berbagai macam barang yang dibawa pengunjung bahkan juga merusaknya. Entah dari jenis apa, karena bukan kapabilitasku untuk menelusuri dari jenis apa monyet-monyet itu berasal. 

Barang-barang bawaan seperti topi, kaca mata, kamera, handphone, tas/ransel, atau barang-barang yang sekiranya gampang di ambil lebih baik ditaruh di tas. Karena monyet-monyet mengambil barang-barang yg kita pakai untuk ditukar dengan makanan. Jadi, siapkan juga makanan kecil yo. Jadi hati-hati dengan mereka apabila sedang berkunjung di komplek pura Uluwatu Bali.







Jadi Waktu terbaik untuk mengunjungi pura Uluwatu adalah sore hari pada saat matahari terbenam sehingga bisa menyaksikan pemandangan spektakulernya.


Sejarah Pura Uluwatu


Dalam Lontar Padma Bhuwana disebutkan juga tentang pendirian Pura Luhur Uluwatu sebagai Pura Padma Bhuwana oleh Mpu Kuturan pada abad ke-11. Candi bersayap seperti di Pura Luhur Uluwatu terdapat juga di Lamongan, Jatim. Pura Luhur Uluwatu berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra dan terletak di barat daya Pulau Bali. Pura Luhur Uluwatu didirikan berdasarkan konsepsi Sad Winayaka dan Padma Bhuwana.Sebagai pura yang didirikan dengan konsepsi Sad Winayaka, Pura Luhur Uluwatu sebagai salah satu dari Pura Sad Kahyangan untuk melestarikan Sad Kertih (Atma Kerti, Samudra Kerti, Danu Kerti, Wana Kerti, Jagat Kerti dan Jana Kerti). Sedangkan sebagai pura yang didirikan berdasarkan Konsepsi Padma Bhuwana, Pura Luhur Uluwatu didirikan sebagai aspek Tuhan yang menguasai arah barat daya. Pemujaan Dewa Siwa Rudra adalah pemujaan Tuhan dalam memberi energi kepada ciptaannya.

Ida Pedanda Punyatmaja Pidada pernah beberapa kali menjabat Ketua Parisada Hindu Dharma Pusat mengatakan bahwa di Pura Luhur Uluwatu memancar energi spiritual tiga dewa. Kekuatan suci ketiga Dewa Tri Murti (Brahma, Wisnu dan Siwa) menyatu di Pura Luhur Uluwatu. Karena itu umat yang membutuhkan dorongan spiritual untuk menciptakan, memelihara dan meniadakan sesuatu yang patut diadakan, dipelihara dan dihilangkan sering khusus memuja Dewa Siwa Rudra di Pura Luhur Uluwatu.Salah satu ciri hidup yang ideal menurut pandangan Hindu adalah menciptakan segala sesuatu yang patut diciptakan. Memelihara sesuatu yang patut dipelihara dan menghilangkan sesuatu yang patut dihilangkan. Menciptakan, memelihara dan menghilangkan sesuatu yang patut itu tidaklah mudah. Berbagai hambatan akan selalu menghadang.

Dalam menghadapi berbagai kesukaran itulah umat sangat membutuhkan kekuatan moral dan daya tahan mental yang tangguh. Untuk mendapatkan keluhuran moral dan ketahanan mental itu salah satu caranya dengan jalan memuja Tuhan dengan tiga manifestasinya. Untuk menumbuhkan daya cipta yang kreatif pujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma. Untuk memiliki ketetapan hati memelihara sesuatu yang patut dipelihara pujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Wisnu. Untuk mendapatkan kekuatan untuk menghilangkan sesuatu yang patut dihilangkan pujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa. Energi spiritual ketiga manifestasi Tuhan itu menyatu dalam Dewa Siwa Rudra yang dipuja di Pura Luhur Uluwatu.
Pura Luhur Uluwatu ini tergolong Pura Kahyangan Jagat. Karena Pura Sad Kahyangan dan Pura Padma Bhuwana itu adalah tergolong Pura Kahyangan Jagat. Di Pura Luhur Uluwatu ini Batara Rudra dipuja di Meru Tumpang Tiga. Di sebelah kanan dari Jaba Pura Luhur Uluwatu ada Pura Dalem Jurit sebagai pengembangan Pura Luhur Uluwatu pada zaman kedatangan Dang Hyang Dwijendra pada abad ke-16 Masehi.

Di Pura Dalem Jurit ini terdapat tiga patung yaitu patung Brahma, Ratu Bagus Dalem Jurit dan Wisnu. Ratu Bagus Dalem Jurit itulah sesungguhnya Dewa Siwa Rudra dalam wujud Murti Puja. Pemujaan energi Tri Murti dengan sarana patung ini merupakan peninggalan sistem pemujaan Tuhan dengan sarana patung dikembangkan dengan sistem pelinggih. Karena saat beliau datang ke Pura Dalem Jurit itu sistem pemujaan di Pura Luhur Uluwatu masih sangat sederhana karena kebutuhan umat memang juga masih sederhana saat itu. Pura Luhur Uluwatu juga memiliki beberapa pura Prasanak atau Jajar Kemiri. Pura Prasanak tersebut antara lain Pura Parerepan di Desa Pecatu, Pura Dalem Kulat, Pura Karang Boma, Pura Dalem Selonding, Pura Pangeleburan, Pura Batu Metandal dan Pura Goa Tengah. Semua Pura Prasanak tersebut berada di sekitar wilayah Pura Luhur Uluwatu di Desa Pecatu. Umumnya Pura Kahyangan Jagat memiliki Pura Prasanak.

Demikianlah ulasan perjalananku di Pura Uluwatu, Bali dan matur suksma telah mampir ke blog saya. Semoga bisa bermanfaat bagi sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar